Selasa, 15 Februari 2011

hitsuke.blogspot.com

Cara Kita Menghitung waktu

Waktu tidak pernah berhenti barang sedetik pun. Semua orang diseret oleh waktu, suka atau tidak suka. Gadis yg cantik jelita suatu hari akan menjadi nenek-nenek yang ompong. Pria yang ganteng dan gagah, suatu hari akan menjadi engkong-engkong yang stroke dan sakit jantung.

Apakah hidup hanya seperti itu ?
Kerja..kerja. .kerja.. lalu tua dan mati ?

Tidak juga,,, kalo dilihat lebih teliti...
Ada orang yg hidupnya singkat tapi sangat bermakna, ada orang yang hidupnya sangat panjang tapi sia-sia.

Nah, kalau anda ingin agar hidup tidak sia-sia, ini saya kasi bocoran sedikit...
Anda harus tahu bagaimana cara menghitung waktu dengan benar !!

Ada 4 cara menghitung waktu :

1. Cara Penjumlahan
Kalau hari ini kita berumur 17 tahun, maka tahun depan umur kita akan bertambah 1 tahun menjadi 18 tahun.
Ini adalah cara menghitung umur yg paling sederhana, paling sesuai bagi anak kecil.
(kalau anda masih menghitung umur dengan cara ini, anda masih anak-anak)

2. Cara Pengurangan
Setelah semakin sering kita ber-ulang tahun, akhirnya kita sadar bahwa setiap kali kita ulang tahun, sebenarnya umur kita bukannya bertambah,tapi Berkurang! Setiap kali ulang tahun maka sisa umur kita semakin sedikit, kita semakin dekat pada akhir hayat.
Orang yg sudah menyadari bahwa sisa hidupnya makin hari makin sedikit adalah orang yg sudah Dewasa.

3. Cara PerKalian
Setelah sadar bahwa umur kita terus berkurang, maka kita harus tahu cara menghitung waktu yg KeTiga yaitu bagaimana caranya melipatgandakan waktu yg kita miliki.
Misalnya saat kena macet dijalan, kita membaca buku (bisa dong kalo punya supir). Ini adalah contoh bagaimana kita melipatgandakan waktu. Prinsipnya adalah : dalam waktu yg sama, kita memperoleh lebih banyak.
Contoh lain adalah :

McDonald membuka cabang diseluruh dunia. Saat pemiliknya sedang tidur pun, masih ada cabangnya dibagian belahan dunia lain yg sedang menghasilkan uang.Coba kalau McDonald hanya punya satu cabang, berapa waktu yg dibutuhkan untuk mengumpulkan uang sebanyak yg dimilikinya sekarang ??
Mungkin butuh ribuan tahun...
Cara KeTiga ini adalah cara yg dipakai oleh orang-orang yang paling pandai diseluruh dunia. Mereka memikirkan bagaimana agar dalam hidup yang singkat bisa melakukan produktifitas yang lebih besar, bisa memperoleh sebanyak mungkin.

4. Cara PemBagian
Setelah berhasil melipatgandakan waktu yg kita miliki dan mendapat begitu banyak hal dalam hidup kita, maka yg harus kita lakukan kemudian adalah Membagikannya.
Kalau kita mendapat banyak ilmu, sebarkan semua sebelum kita mati, kalau kita mendapat banyak harta, bagikan semua sebelum ajal menjemput.
Seorang filsuf berkata, "orang yg mati dalam keadaan kaya adalah orang yg paling bodoh" Maksudnya, uang itu buat apa? kan gak bisa dibawa mati bukan? Memang sudah menjadi tugas kita untuk membagikan semua berkat yg pernah kita peroleh kepada orang lain.
Dengan memahami cara menghitung waktu yg KeEmpat maka hidup kita menjadi bermakna. Maka kita tak akan menyesal kapanpun kita harus mati.
hitsuke.blogspot.com

Jadikan Impian kita kenyataan

"Seorang anak laki-laki bernama Monty Robert yang duduk di bangku SMU mendapat tugas dari gurunya untuk membuat karangan mengenai cita-citanya. Ia pun menulis karangan setebal tujuh halaman yang memaparkan tujuannya untuk memiliki suatu peternakan secara terperinci dan ia bahkan menggambarkan sebuah sketsa tentang peternakan seluas dua ratus acre, yang memperlihatkan lokasi seluruh bangunan, kandang, dan jalur pacuan. Kemudian ia melukis denah yang mendetil untuk rumah seluas empat ribu kaki persegi yang akan terletak di peternakan dambaan hati seluas dua ratus acre itu. Ia benar-benar mencurahkan isi hatinya ke dalam subyek itu dan pada keesokan harinya ia menyerahkan karangan itu kepada gurunya. Dua hari kemudian ia menerima tulisannya kembali.Di halaman depan tertera huruf F besar dengan catatan yang berbunyi, ‘Temui aku seusai jam sekolah.’
Guru itu berkata, “Ini adalah impian yang tidak realistis untuk anak muda seperti kamu. Kamu tidak punya uang. Kamu tidak memiliki sumberdaya. Peternakan kuda menuntut banyak uang. Kamu harus membeli tanah. Kamu harus membayar harga kuda bibit yang asli, kemudian kamu juga harus mengeluarkan biaya untuk kuda pacek yang mahal. Kamu sama sekali tak akan pernah dapat melakukannya.’ Lantas si guru menambahkan, ‘Kalau kamu mau menulis ulang karangan ini dengan tujuan yang lebih membumi, aku akan meninjau kembali nilaimu.’
Anak laki-laki itu pulang dan berpikir keras lama sekali tentang hal itu. Ia bertanya kepada bapaknya mengenai apa yang sebaiknya ia tempuh. Bapaknya berkata, ‘Camkan, Nak, kamu harus membulatkan tekadmu tentang ini. Bagaimana pun, aku pikir ini adalah keputusan yang sangat penting bagimu.’
Akhirnya setelah menimbang-nimbang selama seminggu, anak itu menyetorkan tulisan yang sama, tidak membuat perubahan sedikit pun.
Ia berkata, ‘Anda dapat mempertahankan nilai F itu dan saya akan mempertahankan impian saya.’
Impian yang dinilai tidak realistis oleh guru tersebut ternyata bisa dicapai oleh Monty. Suatu waktu ternyata guru tersebut sempat membawa tiga puluh orang anak berkemah di tanah peternakannya yang berdiri rumah seluas empat ribu kaki seperti yang dicita-citakannya."

Pencuri impian seringkali mengatakan bahwa impian Anda tidak realistis. Jangan biarkan impian Anda menjadi rapuh karena pendapat seperti itu. Kejarlah impian Anda dan jangan sekali-kali mengejar impian orang lain yang dipaksakan kepada kita.
Monty Robert dalam cerita yang baru saja Anda baca berani mempertahankan impiannya walaupun ia harus menerima nilai F dan pada ahirnya ia membuktikan bahwa impiannya bisa terwujud tanpa harus terpengaruh oleh penilaian gurunya apalagi terpengaruh dengan berbagai alasan yang bisa menghambat kesuksesannya. Jika anda mempunyai impian itu berarti Anda sudah menempuh langkah pertama yang dibutuhkan untuk sukses karena sangat tidak mungkin Anda bisa mewujudkan impian Anda jika Anda sendiri tidak mempunyai impian.

Jika Anda belum mempunyai impian, temukan impian Anda.
Bangunlah kepercayaan dalam diri Anda bahwa impian Anda bisa tercapai. Kepercayaan ini sangat dibutuhkan karena kepercayaan yang kuat akan menggerakkan pikiran Anda untuk mencari jalan dan sarana serta cara untuk mewujudkan impian Anda.
Kejarlah impian Anda dengan tindakan yang berkomitmen sehingga impian Anda tidak memudar atau bahkan mati. Seperti yang dikemukakan oleh Judy Wardell Halliday bahwa Impian menjadi kenyataan saat kita menjaga komitmen kita terhadapnya.” Kembangkan sikap yang melampaui kemampuan Anda, maka impian Anda yang dikatakan orang lain mustahil tidak hanya mungkin tetapi juga pasti bisa Anda wujudkan. Pada tahun 1950, Walter Elias Disney atau yang kita kenal dengan nama Walt Disney mempunyai impian untuk membangun taman impian bagi anak-anak. Impian Walt ini dianggap gila oleh rekan-rekannya sesama pengusaha, namun Walt tetap dengan pendiriannya. Taman bermain ini akhirnya bisa diwujudkan pada tahun 1955 di Anaheim, California.
Pada waktu pembukaan, Walt Disney mengatakan dalam pidatonya bahwa Kesuksesan dimulai ketika kita mulai mencipakan impian jauh ke depan. Dan saat kita berkomitmen untuk mencapai impian itu, maka selanjutnya impian itu yang akan menjadi magnet dan menarik kita ke sana.” 

Eleanor Roosevelt pernah berkata, The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams." Masa depan hanyalah milik orang-orang yang percaya akan keindahan mimpi-mimpi mereka. 
 
hitsuke.blogspot.com

Jatuh Cinta atau Belajar Mencintai

Banyak orang yang beruntung bisa jatuh cinta pada seseorang, dan membangun hubungan yang kuat dari situ. Tetapi banyak pula pasangan yang mendapati bahwa cinta harus dipupuk dan dipelajari. Bagi mereka yang masih mencari pasangan, sulit untuk menentukan, apakah harus menunggu hingga jatuh cinta pada seseorang, ataukah berkomitmen dengan seseorang Anda yang kenal dan belajar mencintai.

Penulis buku Other People Dirt, Louise Rafkin banyak mewawancarai pasangan-pasangan dan  mengisahkan kisah cinta mereka di kolom mingguan di harian San Francisco Chronicle. Ia mempertanyakan dua pilihan tersebut, dan bagaimana mendapatkannya dalam kolom Modern Love di harian The New York Times.banyak mewawancarai pasangan-pasangan dan  mengisahkan kisah cinta mereka di kolom mingguan di harian San Francisco Chronicle. Ia mempertanyakan dua pilihan tersebut, dan bagaimana mendapatkannya dalam kolom Modern Love di harian The New York Times.

"Bertahun-tahun saya sendiri telah melalui pengalaman berkencan, bertemu seseorang, lalu tak punya siapa-siapa, hingga berkencan lagi. Namun saya masih punya pertanyaan, bagaimana orang tahu dengan pasti bahwa pasangan mereka adalah yang terbaik? Atau mereka tidak tahu, dan hanya memutuskan?" katanya.

Penelitian Rafkin lalu memperkenalkannya pada sejumlah pasangan. Beberapa di antaranya berkenalan ketika duduk berdampingan di atas pesawat, atau ketika terlibat dalam kecelakaan kecil. Pasangan-pasangan ini mengalami kisah cinta pada pandangan pertama. Satu pasangan menikah bahkan menjalin hubungan akibat masalah di imigrasi, dan meskipun pernikahan diawali tanpa cinta, perasaan ini tumbuh berkat persatuan mereka.

Dalam pengamatan Rafkin, pasangan ini terlihat bahagia dan saling mencintai, seperti halnya pasangan kekasih lainnya. Karena itu Rafkin percaya bahwa keputusan untuk belajar mencintai memang layak dicoba. Jika tidak mencoba, Anda tak pernah tahu bila ternyata pria yang Anda kenal itu memiliki sifat-sifat dan latar belakang yang Anda inginkan, bukan?

Untuk Anda yang terbiasa membina hubungan setelah jatuh cinta terlebih dulu, konsep belajar mencintai ini memang akan sulit. Menurut Dr Robert Epstein, peneliti dan mantan pemimpin redaksi situs Psychology Today, konsep jatuh cinta berangkat dari kisah dongeng.

"Mereka menciptakan mitos yang sangat kuat. Mitos mengenai 'The One' adalah kekeliruan lain yang sangat merusak. Kita percaya bahwa 'The One' sudah dipersiapkan untuk kita, asal kita bisa menemukannya. Begitu kita menemukan The One, kita mengira dia tidak akan pernah berubah, dan begitu pula kita," papar Epstein.

Mitos ini, menurutnya tak baik untuk dijadikan pegangan. Sebab, hal itu memengaruhi cara kita menyeleksi calon pasangan. Jika Anda berpikir Anda mencintai seseorang, Anda jatuh cinta dengan versi ideal dari orang tersebut. Anda jatuh cinta dengan rasa cinta itu sendiri. Ketika harapan-harapan kita dirusak, entah karena pasangan kita selingkuh, atau menjadi gendut, atau tak mau lagi berhubungan dengan kita, kita menjadi marah dan depresi. Kita jarang mau berusaha untuk memelihara hubungan itu sendiri.

Ketika kita menerima bahwa metode pencarian kita terhadap cinta tidak berhasil, masih adakah cara lain yang bisa memberikan hasil?

Menurut Epstein, 60 persen dari perkawinan di dunia ini diatur oleh orangtua, atau mak comblang. Kemungkinan, setengah dari perkawinan ini berjalan karena orang-orang di dalamnya belajar untuk saling mencintai, seiring berjalannya waktu.

Daya tarik fisik memang penting, khususnya pada awal hubungan. Namun Anda juga perlu tahu bagaimana membedakan nafsu dari cinta. "Ketika ketertarikan fisik terlalu kuat, hal itu bisa membutakan. Banyak orang yang mengira mereka sedang jatuh cinta, sebenarnya hanya bernafsu," tutur penulis buku The Case Against Adolescence ini.

Anda perlu menerima bahwa tidak ada Mr Right yang ditakdirkan untuk kita, begitu pula konsep tentang soulmate. Anda perlu membuka mata di sekitar Anda dengan wawasan baru, asumsi baru, dan ketrampilan baru.

"Saya tidak percaya Anda bisa jatuh cinta pada orang yang sama sekali tidak Anda kenal, tapi memang ada orang-orang yang bisa menciptakan cinta yang awet," kata Epstein. "Kita perlu berpikir apakah kita percaya bahwa cinta itu sesuatu yang gaib, sesuatu yang mistis, yang tidak dapat kita kontrol; ataukah ada cara bagi kita untuk belajar mencintai."

Cinta yang penuh hasrat, telah menjadi komoditi, yang dijual kepada kita oleh para pembuat film, penulis novel, dan pengarang lagu. Sayangnya, hal itu dijual pada kita dengan cara yang tidak realistis dan tidak dapat dijangkau oleh kebanyakan orang.

Bagaimana dengan Anda, bersediakah untuk belajar mencintai?

 Sumber : Kompas Female 21/10/2010