Kamis, 30 Januari 2014

hitsuke.blogspot.com

Sebening Hati "Malaikat Kecil"

Ada cerita bagus untuk sahabatku,, luangkan sejenak ya semoga ini bisa menjadi motivasi kecil lahirnya sebuah kebaikan..


 Sebening Hati "Malaikat Kecil"


Setiap selesai sholat jum'at tiap pekannya,seorang imam (masjid) dan anaknya (yg berumur 11 tahun) mempunyai jadwal membagikan buku – buku islam, diantaranya buku at-thoriq ilal jannah (jalan menuju surga).
Mereka membagikannya di daerah mereka di pinggiran Kota Amsterdam.
***

Namun tibalah suatu hari, ketika kota tersebut diguyuri hujan yang sangat lebat dengan suhu yang sangat dingin.
Sang anakpun mempersiapkan dirinya dengan memakai beberapa lapis pakaian demi mengurangi rasa dingin. Setelah selesai mempersiapkan diri, ia berkata kepada ayahnya:
"Wahai ayahku, aku telah siap" ayahnya menjawab : "Siap untuk apa?" , ia berkata:
"Untuk membagikan buku (seperti biasanya)", sang ayahpun berucap: "Suhu sangat dingin diluar sana, belum lagi hujan lebat yang mengguyur", sang anak menimpali dengan jawaban yang menakjubkan : "akan tetapi,  sungguh banyak orang yang berjalan menuju neraka diluar sana dibawah guyuran hujan".
Sang ayah terhenyak dengan jawaban anaknya seraya berkata: "Namun ayah tidak akan keluar
dengan cuaca seperti ini", akhirnya anak tersebut meminta izin untuk keluar sendiri.
Sang ayah berpikir sejenak dan akhirnya memberikan izin. Iapun mengambil beberapa buku dari ayahnya untuk dibagikan, dan berkata: "terimakasih wahai ayahku".
***


Dibawah guyuran hujan yang cukup deras, ditemani rasa dingin yang menggigit, anak itu membagikan buku kepada setiap orang yang ditemui. Tidak hanya itu, beberapa rumahpun ia hampiri demi tersebarnya buku tersebut.
***


Dua jam berlalu, tersisalah 1 buku ditangannya.
Namun sudah tidak ada orang yang lewat di lorong tersebut. Akhirnya ia memilih untuk menghampiri sebuah rumah disebrang jalan untuk menyerahkan buku terakhir tersebut.
Sesampainya di depat rumah, iapun memencet bel, tapi tidak ada respon. Ia ulangi beberapa kali, hasilnya tetap sama. Ketika hendak beranjak seperti ada yang menahan langkahnya, dan ia coba sekali lagi ditambah ketukan tangan kecilnya. Sebenarnya ia juga tidak mengerti kenapa ia begitu penasaran dengan rumah tersebut.
Pintupun terbuka perlahan, disertai munculnya sesosok nenek yang tampak sangat sedih.
Nenek berkata: "ada yang bisa saya bantu nak?" Si anak berkata (dg mata yg berkilau dan senyuman yang menerangi dunia): "Saya minta maaf jika mengganggu, akan tetapi saya ingin menyampaikan bahwa Allah sangat mencintai dan memperhatikan nyonya. Kemudian saya ingin menghadiahkan buku ini kepada nyonya, di dalam nya dijelaskan tentang Allah Ta'ala, kewajiban seorang hamba, dan tips-tips memperoleh keridhoannya.
***


Satu pekan berlalu, seperti biasa sang imam memberikan ceramah di masjid. Seusai ceramah ia mempersilahkan jama'ah untuk berkonsultasi. Terdengar sayup – sayup dr shaf perempuan seorang perempuan tua berkata:"Tidak ada seorangpun yang mengenal saya disini, dan belum ada yang mengunjungiku sebelumnya. Satu pekan yang lalu saya bukanlah seorang muslim, bahkan tidak pernah terbetik dalam pikiranku hal tersebut sedikitpun.
Suamiku telah wafat dan dia meninggalkanku sebatang kara di bumi ini".
Dan iapun memulai ceritanya bertemu anak itu.
Ketika itu cuaca sangat dingin disertai hujan lebat, aku memutuskan untuk mengakhiri
hidupku. Kesedihanku sangat mendalam, dan tidak ada seorangpun yang peduli padaku.
Maka tidak ada alasan bagiku untuk hidup.
Akupun naik ke atas kursi dan mengalungkan leherku dengan seutas tali yang sudah kutambatkan sebelumnya. Ketika hendak melompat, terdengar olehku suara bel. Aku terdiam sejenak dan berpikir :"paling sebentar lagi juga pergi". Namun suara bel dan ketukan pintu semakin kuat. Aku berkata dalam hati: "siapa gerangan yang sudi mengunjungiku,… tidak akan ada yang mengetuk pintu rumahku".
Kulepaskan tali yang sdh siap membantuku mengakhiri nyawaku, dan bergegas ke pintu.
ketika pintu kubuka, aku melihat sesosok anak kecil dengan pandangan dan senyuman yang
belum pernah kulihat sebelumnya. Aku tidak mampu menggambarkan sosoknya kepada kalian.
Perkataan lembutnya telah mengetuk hatiku yang mati hingga bangkit kembali. Ia berkata:
"Nyonya, saya datang untuk menyampaikan bahwa Allah Ta'ala sangat menyayangi dan
memperhatikan nyonya", lalu dia memberikan buku ini (buku jalan menuju surga) kepadaku.
Malaikat kecil itu datang kepadaku secara tiba- tiba, dan menghilang dibalik guyuran hujan hari
itu juga secara tiba2. Setelah menutup pintu aku langsung membaca buku dari malaikat
kecilku itu sampai selesai. Seketika kusingkirkan tali dan kursi yang telah menungguku, karena aku tidak akan membutuhkannya lagi.
Sekarang lihatlah aku, diriku sangat bahagia karena aku telah mengenal Tuhanku yang sesungguhnya. Akupun sengaja mendatangi kalian berdasarkan alamat yang tertera di buku tersebut untuk berterimakasih kepada kalian
yang telah mengirimkan malaikat kecilku pada waktu yang tepat. Hingga aku terbebas dari kekalnya api neraka.
***


Air mata semua orang mengalir tanpa terbendung, masjid bergemuruh dengan isak tangis dan pekikan takbir… Allahu akbar…
***


Sang imam (ayah dari anak itu) beranjak menuju tempat dimana malaikat kecil itu duduk dan memeluknya erat, dan tangisnyapun pecah tak terbendung dihadapan para jamaah.
Sungguh mengharukan, mungkin tidak ada seorang ayahpun yang tidak bangga terhadap anaknya seperti yang dirasakan imam tersebut.

Jumat, 22 Februari 2013

hitsuke.blogspot.com

"PAPA, MAMA, .. RIO TUNGGU DI PINTU SURGA"


(SEBUAH KISAH NYATA)

Agnes adalah sosok wanita Katolik taat. Setiap malam, ia beserta keluarganya rutin berdoa bersama. Bahkan, saking taatnya, saat Agnes dilamar Martono, kekasihnya yang beragama Islam, dengan tegas ia mengatakan, “Saya lebih mencintai Yesus Kristus dari pada manusia!” 

Ketegasan prinsip Katolik yang dipegang wanita itu menggoyahkan Iman Martono yang muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam. Martono pun masuk Katolik, sekedar untuk bisa menikahi Agnes. Tepat tanggal 17 Oktober 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang, Jawa Tengah.     

Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta, Agnes beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu kompleks perumahan di wilayah Timur kota kembang. Kebahagiaan terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha dan Rio.

Di lingkungan barunya, Agnes terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikan pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di Gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai kepala Divisi Properti PT Telkom Cisanggarung, Bandung.

Karena Ketaatan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yang beragama Katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yang ‘disulap’ menjadi tempat ibadah (Gereja,red).

Uniknya, meski sudah menjadi pemeluk ajaran Katolik, Martono tak melupakan kedua orangtuanya yang beragama Islam. Sebagai manifestasi bakti dan cinta pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.

Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai satu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio, si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yang tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung.

Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Agnes masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik.

Saat dipindahkan ke ruangan ICU, Rio, yang masih terkulai lemah, meminta Martono, sang ayah, untuk memanggil ibundanya yang tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Agnes ihwal permintaan putra bungsunya itu. Namun, Agnes tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan pada Martono, ”Saya sudah tahu.” Itu saja. Martono heran. Ia pun kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam benak.

Di dalam, Rio berucap, “Papah, hidup ini hanya 1 centi. Di sana nggak ada batasnya,” lanjutnya. Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yang tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti orang dewasa yang mengerti agama.Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, “Pah, Rio mau pulang!” 

“Ya, kalau sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama Papa dan Mama,” jawab Martono.

“Ngga, saya mau pulang sekarang. Papah, Mamah, Rio tunggu di pintu surga!” begitu, ucap Rio, setengah memaksa.

Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar ‘bisikan’ yang meminta dia untuk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang ayah, Martono, membaca syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim.

Tak lama setelah itu ‘bisikan’ kedua terdengar, bahwa setelah adzan Maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayup adzan Maghrib, berkumandang Rio menghembuskan nafas terakhirnya.

Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi-lagi terjadi. Agnes yang masih sedih waktu itu seakan melihat Rio menghampirinya dan berkata, “Mah saya tidak mau pakai baju jas mau minta dibalut kain putih aja.”

Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yang baru meninggal.

Setelah melalui diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana dan sepatu yang serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yang tetap harus dimakamkan secara Katolik, jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus Katolik, di Cimahi, Bandung.

Sepeninggal anaknya, Agnes sering berdiam diri. Satu hari, ia mendengar bisikan ghaib tentang rumah dan mobil. Bisikan itu berucap, “Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan menuju Tuhan.” Pada saat itu juga Agnes langsung teringat ucapan mendiang Rio semasa TK dulu, ”Mah, Mbok Atik nanti mau saya belikan rumah dan mobil!” Mbok Atik adalah seorang muslimah yang bertugas merawat Rio di rumah.Saat itu Agnes menimpali celoteh si bungsu sambil tersenyum, “Kok Mamah ga dikasih?”
“Mamah kan nanti punya sendiri” jawab Rio, singkat.

Entah mengapa, setelah mendengar bisikan itu, Agnes meminta suaminya untuk mengecek ongkos haji waktu itu. Setelah dicek, dana yang dibutuhkan Rp. 17.850.000. Dan yang lebih mengherankan, ketika uang duka dibuka, ternyata jumlah totalnya persis senilai Rp 17.850.000, tidak lebih atau kurang sesenpun. Hal ini diartikan Agnes sebagai amanat dari Rio untuk menghajikan Mbok Atik, wanita yang sehari-hari merawat Rio di rumah.

Singkat cerita, di tanah suci, Mekkah, Mbok Atik menghubungi Agnes via telepon. Sambil menangis ia menceritakan bahwa di Mekkah ia bertemu Rio. Si bungsu yang baru saja meninggalkan alam dunia itu berpesan, “Kepergian Rio tak usah terlalu dipikirkan. Rio sangat bahagia disini. Kalo Mama kangen, berdoa saja.”

Namun, pesan itu tak lantas membuat Agnes tenang. Bahkan Agnes mengalami depresi cukup berat, hingga harus mendapatkan bimbingan dari seorang Psikolog selama 6 bulan.

Satu malam saat tertidur, Agnes dibangunkan oleh suara pria yang berkata, “Buka Alquran surat Yunus!”. Namun, setelah mencari tahu tentang surat Yunus, tak ada seorang pun temannya yang beragama Islam mengerti kandungan makna di dalamnya. Bahkan setelah mendapatkan Al Quran dari sepupunya, dan membacanya berulang-ulang pun, Agnes tetap tak mendapat jawaban.

“Mau Tuhan apa sih?!” protesnya setengah berteriak, sembari menangis tersungkur ke lantai. Dinginnya lantai membuat hatinya berangsur tenang, dan spontan berucap, “Astaghfirullah…”

Tak lama kemudian, akhirnya Agnes menemukan jawabannya sendiri di surat Yunus ayat 49: “Katakan tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika datang ajal, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak (pula) mendahulukannya”.

Beberapa kejadian aneh yang dialami sepeninggal Rio, membuat Agnes berusaha mempelajari Islam lewat beberapa buku. Hingga akhirnya wanita penganut Katolik taat ini berkata, “Ya Allah, terimalah saya sebagai orang Islam, saya tidak mau di-Islamkan oleh orang lain!”.

Setelah memeluk Islam, Agnes secara sembunyi-sembunyi melakukan shalat. Sementara itu, Martono, suaminya, masih rajin pergi ke gereja. Setiap kali diajak ke gereja Agnes selalu menolak dengan berbagai alasan.

Sampai suatu malam, Martono terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan. Ketika berusaha mencari sumber suara, betapa kagetnya Martono saat melihat istri tercintanya, Agnes, tengah bersujud dengan menggunakan jaket, celana panjang dan syal yang menutupi aurat tubuhnya.
“Lho kok Mamah shalat,” tanya Martono. “Maafkan saya, Pah. Saya duluan, Papah saya tinggalkan,” jawab Agnes lirih. Ia pasrah akan segala resiko yang harus ditanggung, bahkan perceraian sekalipun.

Sejak keputusan sang istri memeluk Islam, Martono seperti berada di persimpangan. Satu hari, 17 Agustus 2000, Agnes mengantar Adi, putra pertamanya untuk mengikuti lomba adzan yang diadakan panitia Agustus-an di lingkungan tempat mereka tinggal. Adi sendiri tiba-tiba tertarik untuk mengikuti lomba adzan beberapa hari sebelumnya, meski ia masih Katolik dan berstatus sebagai pelajar di SMA Santa Maria, Bandung. Martono sebetulnya juga diajak ke arena perlombaan, namun menolak dengan alasan harus mengikuti upacara di kantor.

Di tempat lomba yang diikuti 33 peserta itu, Gangsa Raharjo, Psikolog Agnes, berpesan kepada Adi, “Niatkan suara adzan bukan hanya untuk orang yang ada di sekitarmu, tetapi niatkan untuk semesta alam!” ujarnya.

Hasilnya, suara Adzan Adi yang lepas nan merdu, mengalun syahdu, mengundang keheningan dan kekhusyukan siapapun yang mendengar. Hingga bulir-bulir air mata pun mengalir tak terbendung, basahi pipi sang Ibunda tercinta yang larut dalam haru dan bahagia. Tak pelak, panitia pun menobatkan Adi sebagai juara pertama, menyisihkan 33 peserta lainnya.

Usai lomba Agnes dan Adi bersegera pulang. Tiba di rumah, kejutan lain tengah menanti mereka. Saat baru saja membuka pintu kamar, Agnes terkejut melihat Martono, sang suami, tengah melaksanakan shalat. Ia pun spontan terkulai lemah di hadapan suaminya itu. Selesai shalat, Martono langsung meraih sang istri dan mendekapnya erat. Sambil berderai air mata, ia berucap lirih, “Mah, sekarang Papah sudah masuk Islam.”
Mengetahui hal itu, Adi dan Icha, putra-putri mereka pun mengikuti jejak ayah dan ibunya, memeluk Islam.
Perjalanan panjang yang sungguh mengharu biru. Keluarga ini pun akhirnya memulai babak baru sebagai penganut Muslim yang taat. Hingga kini, esok, dan sampai akhir zaman. Insya Allah.

- (Profil Bapak Martono dan Ibu Agnes juga bisa disimak di Situs Pondok Pesantren Baitul Hidayat              ( http://baitulhidayah.org/profil-pewakaf/ ) yang merupakan wakaf dari mereka berdua)  

#Copast dari FP Mukzizat & Doa. Semoga bermanfaat.

Rabu, 13 Juni 2012

hitsuke.blogspot.com

✿ Jangan Kau Tangisi Apa Yang Bukan Milikmu ✿

Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa. Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan yang tidak tercapai, kenyataan yang tidak sesuai harapan. Akhirnya angan ini lelah berandai-andai ria. Sungguh semua itu telah hadirkan nelangsa yang begitu menggelora dalam jiwa. Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat terguncangnya jiwa masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju majelis-majelis ilmu, majelis-majelis dzikir yang akan mengantarkan pada ketentraman jiwa

Hidup ini ibarat belantara.Tempat kita mengejar berbagai keinginan. Dan memang manusia diciptakan mempunyai kehendak, mempunyai keinginan. Tetapi tidak setiap yang kita inginkan bisa terbukti, tidak setiap yang kita mau bisa tercapai. Dan tidak mudah menyadari bahwa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi. Banyak orang yang tidak sadar bahwa hidup ini tidak punya satu hukum: harus sukses, harus bahagia atau harus-harus yang lain. Betapa banyak orang yang sukses tetapi lupa bahwa sejatinya itu semua pemberian Allah hingga membuatnya sombong dan bertindak sewenang-wenang. Begitu juga kegagalan sering tidak dihadapi dengan benar. Padahal dimensi tauhid dari kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak kita. Padahal hakekat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa yang memang bukan hak kita. Apa yang memang menjadi jatah kita di dunia, entah itu Rizki, jabatan, kedudukan pasti akan Allah sampaikan.Tetapi apa yang memang bukan milik kita, ia tidak akan kita bisa miliki, meski ia nyaris menghampiri kita, meski kita mati-matian mengusahakannya.

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu)supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikaNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al-Hadid ;22-23)

Demikian juga bagi yang sedang galau terhadap jodoh. Kadang kita tak sadar mendikte Allah tentang jodoh kita, bukanya meminta yang terbaik dalam istikharah kita tetapi benar-benar mendikte Allah: Pokoknya harus dia Ya Allah… harus dia, karena aku sangat mencintainya. Seakan kita jadi yang menentukan segalanya, kita meminta dengan paksa. Dan akhirnya kalaupun Allah memberikanya maka tak selalu itu yang terbaik. Bisa jadi Allah tak mengulurkanya tidak dengan kelembutan, tapi melemparkanya dengan marah karena niat kita yang terkotori.

Maka wahai jiwa yang sedang gundah, dengarkan ini dari Allah :  

“…. Boleh jadi kalian membenci sesuatu,padahal ia amat baik bagi kalian. Dan boleh jadi kalian mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi kalian.Allah Maha mengetahui kalian tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah 216)

Maka setelah ini wahai jiwa, jangan kau hanyut dalam nestapa jiwa berkepanjangan terhadap apa-apa yang luput darimu. Setelah ini harus benar-benar dipikirkan bahwa apa-apa yang kita rasa perlu didunia ini harus benar-benar perlu bila ada relevansinya dengan harapan kita akan bahagia di akhirat. Karena seorang mukmin tidak hidup untuk dunia tetapi menjadikan dunia untuk mencari hidup yang sesungguhnya: hidup di akhirat kelak!

Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu! 
Ketika cintamu tak terbalas, bebaskanlah hatimu, jiwamu dan pikiranmu.
Biarkan ia kembali kepakan sayapnya terbang menjemput pemiliknya atas KehendakNYA.
Tutup Episode kisah lalumu. Tulis Kembali mimpi dan Cintamu dengan pensil, dan Serahkan Penghapusnya pada Allah. Biarkan Dia menghapus mana yang tidak indah dan tidak baik untukmu.

Kita Mungkin Menemukan dan Kehilangan Cinta.
NAmun saat Allah Mematikan cinta itu... kita tak boleh ikut mematikan Diri bersamanya.
Karena Allah menginginkan kita tetap HIDUP dengan cinta yang lebih indah.

Sabtu, 19 Mei 2012

hitsuke.blogspot.com

•* Ikhlas... Allah Pasti Menggantinya Dengan Yang Lebih Baik •*

Seringkali kita merasa Tuhan tidak adil. Tuhan yang memberikan tapi kenapa Tuhan juga yang mengambilnya, kadang kita selalu sakit hati, sedih dan kecewa, tapi tidakkah kita tahu, di saat Tuhan mengambil sesuatu yang berharga dari kita, ternyata Tuhan punya rencana lain. Tuhan mau menggantikannya dengan yang LEBIH BAIK lagi dari apa yg sudah kita miliki sekarang.

Beberapa hari ini aku memandangi Vega Biruku. Motor pemberian sekaligus peninggalan alm.Bapak. Ada keinginan untuk me-LEMKUNING (Baca : LEMpar tuKU maNING) Vega Biruku. Motor yang telah menemaniku dari awal kuliah sampai aku mendapat pekerjaan. Tapi ada rasa sayang untuk menjualnya. Tiap kali memandang Vega Biruku, teringat percakapanku dengan Alm.Bapak beberapa tahun silam,

Bapak : "Nduk, maukah kamu bantu Bapak?"
Aku : "Bantu apa Pak?"
Bapak : "Kamu tahu kan kondisi keuangan kita, bolehkah Bapak jual motor Grand Astrea-mu?"
Aku : Diam dan berpikir, lalu menjawab "Lha nanti aku kuliah naik apa? trus kalo mau main gmn?"
Bapak : "Ya sudah.."

Seminggu kemudian ketika liburan akhir pekan dan aku pulang ke Batang, Alm.Bapak kembali menanyakan hal yang sama. Dan aku pun mulai berpikir, separah itukah kondisi keuangan keluargaku? Tidak biasanya Alm.Bapak meminta kembali barang yang telah diberikan kepada anak-anaknya.

Minggu berikutnya ketika aku ke Batang lagi aku memutuskan untuk meng-iyakan permintaan Alm.Bapak.
Aku : "Pak, Kalau mau jual motorku ndak pa pa. Tempat kuliahku kan dekat ma rumah mbah. Aku ma Lilin bisa jalan kaki, trus kalo kami mau main, kami masih bisa naik taksi atau becak.
Aku menyerahkan STNK dan kunci motorku. Tanpa berkata apa-apa, Alm.Bapak mengambil STNK dan kunci kemudian meninggalkanku sendiri.

Sebulan telah berlalu. Aku pun telah menikmati rutinitas baruku. Tanpa motor pun aku tidak begitu sengsara-sengsara amat, karena masih ada anak kost dan teman-temanku yang dengan sukarela meminjamkankan motornya.
Tak terasa tiga bulan sudah aku menjalani aktifitasku tanpa 'soulmate'. Dan aku mulai terbiasa dengan yang namanya angkota. Akhir pekan ketika aku akan ke Batang, Alm.Bapak melarangku. Beliau berkata "Biar Ibu sama Bapak aja yang ke Semarang, sekalian nengok mbah".

Menjelang tidur, tiba-tiba Alm.Bapak masuk ke kamarku dan meyerahkan STNK motor bertuliskan namaku.
Bapak : "Bapak sudah lama memesankan motor ini untukmu. Katanya kamu ingin punya sepeda motor atas nama sendiri. Motormu bapak jual untuk DP. Sengaja Bapak ambil cicilan selama 5 tahun, untuk mengajarimu ikut merasa memiliki motor barumu. Perkiraan bapak, motor ini lunas setelah kamu lulus kuliah. Jadi Bapak bayarkan semuanya sampai kamu lulus, setelah itu setahun terakhirnya kamu coba teruskan sendiri cicilannya dengan uang hasil kerjamu."

Subhanallah.... Aku senang sekali mendapatkan motor baru dengan STNK bertuliskan namaku, karena jujur itu pertama kalinya aku di berikan tanggung jawab oleh Alm.Bapak.

Maka, ketika terkadang aku menangis karena kehilangan sesuatu dalam hidupku, Kejadian itulah yang selalu mengingatkan dan menguatkanku. Bahwa saat Allah mengambil sesuatu yang berharga dari kita, itu karena Allah  punya rencana lain. Allah mau menggantikannya dengan yang LEBIH BAIK lagi dari apa yg sudah kita miliki sekarang. Karena itu, terimalah apapun yg kita alami dengan sabar. Berilah apa yang harus kita berikan, dan kembalikanlah apa yang diminta oleh Allah dengan Ikhlas.

Keep Fight n Smile ^_^

Sabtu, 12 Mei 2012

hitsuke.blogspot.com

~✿ Cantik pun perlu Proses ✿~

Suatu hari sepasang suami istri berbelanja di sebuah toko antic dan melihat sebuah cangkir teh yang sangat indah. Mereka bertanya pada sipenjaga toko,
"Tuan, bolehkah kami melihatnya? kami belum pernah melihat cangkir teh seindah itu."

Disaat penjaga toko itu itu menyerahkan kepada mereka, tiba-tiba cangkir teh itu berbicara,


"Kalian tidak tahu, kalau aku awalnya bukan cangkir teh?
Ada saatnya dimana aku merah danberupa tanah liat, tuanku mengambilku,kemudian menggilingku lewat suatu alat untuk membuat keramik, kemudian , ia membentukku berulang-ulang, dan aku berteriak, "tinggalkan aku sendiri,"
tapi ia hanya tersenyum dan berkata, "belum,"

Kemudian aku diletakkan di alat lain yangmemutar mutar ku berulang kali sehingga membuat aku pusing, tapi tuanku hanya mengangguk dan berkata,"belum,"
 

Lalu ia memasukkanku kedalam alat pemanggang,dimanaaku belum pernah merasakan panas seperti itu,aku berfikir mengapa ia ingin membakarku?dan aku berteriak sambil mengetuk pintu alat pemanggang itu. Aku bisa melihatnya lewat pintu kaca denganmelihat gerak bibirnya bahwa ia mengatakan, "belum,"

Akhirnya ia membuka pintu itu, kemudian meletakkanku di rak,dan aku mulai merasakan kesejukan, disana, cukup lumayan dibandingkan didalam pemanggang itu, lalu ia mengambil kuas, menggosokku, dan melukis sesuatu diseluruh tubuhku. Bau cat itu sangat mengerikan, saat aku berfikir aku akan muntah untuk menciumnya, tapi tuanku hanya berkata, " belum,"

Kemudian, tiba-tiba ia memasukkanku kembali ke alat pemanggang itu,tetapi tidak seperti yang pertama, kali ini lebih panaasss dari yang pertama,dan aku tahu kalau aku akan mati dipanggang dalam alat ini, aku memohon kepadanya, aku marah, berteriak, dan menangis sepanjang waktu, tetapi tetap saja tuanku berkata , "belum,"

Kemudian aku sadar bahwa tidak ada lagi harapan, aku tidak mungkin bisa selamat, aku siap menyerah untuk mati dalam pemanggang ini,tiba-tiba pintu pemanggang itu di buka dan ia mengeluarkanku lalu meletakkanku diatas rak, satu jam kemudiania memberiku kaca dan berkata, "cangkir, lihatlah dirimu!"

"Wow,,,,aku merasa,,,,ini bukan diriku,,,, aku sangat cantik, aku sangat indah, "

Kemudian tuanku berkata,
"cangkir, aku ingin kau mengingatnya bahwa memang sangat sakit untuk digiling dan dibentuk, tapi jika aku tak melakukannya kau akan jadi kering, aku tau alat itu membuatmu pusing untuk berputar-putar, tetapi jika aku berhenti melakukannya, kau akan hancur, dan aku juga tahu bahwa kau menderita panas, menderita dan perasaan tidak enak dalam alat pemanggang, tapi jika aku tidak memasukkanmu ke dalam sana, kau akan pecah,, dan aku tahu, bahwa bau cat itu sangat tidak enak ketika aku menggosok dan melukismu, tetapi jika aku tidak melakukannya, kau tidak akan kuat, kau hanya memiliki satu warna dalam kehidupanmu dan jika aku tidak meletakkanmu kembali dalam alat pemanggang itu, kau tidak akan bertahan lama, karena tidak ada kekuatan dalam dirimu, tapi sekarang... lihat, kau sudah cantik, kau persis apa yang aku harapkan."

Pesan Moral : menjadi pribadi yang cantik nan teguh perlu proses penempaan diri...
Masalah yang membuat kita berpikir dewasa...
Terima Kasih ya Allah atas ujian yang selama ini Engkau berikan...


disadur dari Annisa Mutiara Hati. --- Izinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran.

 

Kamis, 10 Mei 2012

hitsuke.blogspot.com

IKHLAS.... RENCANA ALLAH LEBIH INDAH

Cerita ini membuatku terharu membacanya. Semua hal yang berkaitan dengan kata 'AYAH' selalu saja membuatku menitikkan air mata. Apa yang telah aku lakukan dan berikan untuk membuat AYAHku bangga? Bahkan sampai di akhir hayat Beliau aku belum mampu memberikan apa-apa untuk membuat 'AYAH' ku bangga. Padahal selama ini Beliau selalu 'Bangga' memiliki aku. Putri kecilnya yang senantiasa diperkenalkan dan selalu di banggakan di hadapan saudara, keluarga maupun kolega. Tapi sampai sekarangpun aku sama sekali tidak mampu membuatnya Bangga.

~✿ IKHLAS.... RENCANA ALLAH LEBIH INDAH ✿~

Di suatu malam seorang ayah membacakan cerita untuk anak perempuannya.
Setelah membacakan cerita, si ayah bertanya kepada anaknya : "Nak, apa kamu sayang Ayah?"
Si anak menjawab, "Tentu saja aku sayang Ayah"

Ayahnya tersenyum lalu bertanya, "Kalau begitu, boleh Ayah minta kalungmu?"
Lalu si anak menjwb, "Ayah, aku sayang Ayah, tapi aku jg sayang sama kalung ini"
Lalu Ayahnya berkata, "Ya sudah tidak apa2, Ayah hanya bertanya saja"
Si ayah lalu pergi.

Di malam berikutnya selama 3 hari berturut2, ayahnya menanyakan hal yg sama & si anak pun menjawab dengan kata-kata yang sama. Si anak berpikir sambil memegang kalung imitasi kesayangannya itu, "Kenapa tiba-tiba Ayah mau kalung ini? Ini kalung yang paling aku sayangi, kalung ini pun pemberian Ayah juga"

Malam berikutnya, sang Ayah menanyakan hal yang sama, lalu si anak berkata, "Ayah, Ayah tahu aku sayang sama Ayah & juga kalung ini. Tapi kalau Ayah mau kalung ini, ya sudah aku berikan ke Ayah" Si anak memberikan kalungnya & Ayahnya mengambilnya dengan tangan kiri, lalu Ayahnya memasukkan tangan kanannya ke saku kanan & mengambil kalung berbentuk sama namun emasnya asli.

Ayahnya mengenakannya pada leher anaknya, "Anakku, sebetulnya kalung ini sudah ada di saku Ayah sejak pertama kali Ayah meminta kalungmu, tapi Ayah menunggu kamu memberikan sendiri kalungmu itu & Ayah gantikan dengan yang lebih baik & indah"
Si anak menangis terharu.

Seringkali kita merasa Tuhan tidak adil. Tuhan yang memberikan tapi kenapa Tuhan juga yang mengambilnya, kadang kita selalu sakit hati, sedih dan kecewa, tapi tidakkah kita tahu, di saat Tuhan mengambil sesuatu yang berharga dari kita, ternyata Tuhan punya rencana lain. Tuhan mau menggantikannya dengan yang LEBIH BAIK lagi dari apa yg sudah kita miliki sekarang.

Jadi,
* Terimalah apapun yg kita alami (bersabar),
* Berilah apa yang harus kita berikan (beramal),
* Kembalikanlah apa yang diminta oleh Tuhan (ikhlas), dan
* Tetaplah bersyukur, maka rejekimu akan dilipat gandakan
Copas dari Status FB Hermawan Dony Prasetyo

Senin, 19 Maret 2012

hitsuke.blogspot.com

~✿ Hidup Bukan hanya sekedar Terampil dan Mahir ~✿

Cerita ini hanya fiktif, 
Suatu hari 2 orang sahabat  yang gemar travelling sedang merencanakan niat menghabiskan masa long weekendnya. dengan  pantai yang indah, airnya jernih dan tampak begitu mempesona untuk dinikmati. Mereka adalah Mawar dan Septi.

"Sekali-kali kita bawa boil sendiri-sendiri ke luar kota yuk.." ajak Mawar pada Septi.

"Ogah ah.. serem.. aku belum lancar mengemudi mobil. Lagian aku belom boleh Nyokap bawa boil ke luar kota. Kamu aja yang nyetir, kamu kan dah lama bawa boil. Septi menolak ajakan Mawar.

"Tenang aja lagi Sob.. yang deket-deket aja. Ke Solo aja pasti aman deh., kan udah ada jalan tol. Mawar meyakinkan Septi yang terlihat ragu-ragu.

"yakin??? aman yak??!!!.. Septi meminta kepastian Mawar.

"Yakin aman Sep... Aku sering bolak-balik Semarang-Solo aman-aman aja. Lagian naik boil ini, ga bakal kehujanan, ga bakal jatuh dan lecet. Yang penting loe lancar gas, rem, kopling.. Mawar memastikan ucapannya.

"oke deh .. Tanceep... Septi menaiki mobilnya sembari tersenyum pada Mawar.

Mereka mulai melaju meninggalkan kota Semarang. Saling menyalip dan bunyi klakson menjadi "sesaji" ketika mereka saling mendahului.

Tiba2 cuaca yang tadinya cerah berubah menjadi hujan lebat disertai angin. 

"War.. gimana nih" SMS Septi mulai ketakutan karena hujan lebat yang sangat mengganggu..

"Berhenti dulu saja yuk..Mawar mengajak Septi. Septi mengikuti mobil Mawar yang melaju di depannya.

Hujan semakin deras dan mobil Mawar tidak terlihat oleh Septi.
 
"Tulalit..tulalit... Ponsel Septi berdering. Mawar meneleponnya. .
"Kamu dimana War kok ga kelihatan ??? Septi mencari mobil Mawar yang tadi melaju di depannya

"Gw di depan lo Sep.. kehalang truk mungkin.. loe terus aja pelan-pelan kendarai mobil sampai rumah makan pertama di perbatasan... nanti kita ketemu disana...

"aku ga tahu lan War.. kamu sih biasa kesini..

"Udah ikuti jalan ini aja. Ga bakal nyasar kok. Pokoknya sebelum tugu selamat datang ada warung makan, kamu berhenti". Mawar menyahut dari telepon genggamnya dan kemudian mematikan ponselnya..
 
Mawar memacu kecepatan mobilnya dan menerjang hujan yang semakin lebat.. berkali kali ia harus mengelap kaca menghalau air yang mengganggu pandangannya.. Sementara Septi sudah mulai pusing.. Ia merasa tak mampu lagi melajukan  mobilnya melawan hujan yang menyiram jalanan. Berkali-kali pula ia sport jantung ketika berpapasan tak terduga dengan bus dan truk  Ia hanya pasrah mengikuti kemana mobilnya melaju.

"Tuhan.. inikah akhir hidupku..."
Mama.. maafkan aku yang tak mengindahkan nasehatmu" Septi membatin sedih.. Ia yakin Mawar telah menunggunya di perbatasan kota sambil berharap-harap cemas dengan keadaannya.  Semoga  bisa sabar menunggu ku.. Septi menangis haru didalam kesendiriannya..

30 menit berlalu.. Septi mulai menyadari hujan sudah tidak separah beberapa waktu lalu.. Kilat dan petir pun sudah tidak terdengar lagi.. nampak dihadapannya tugu selamat datang, tempat yang disepakati mereka untuk beristirahat.

Saepti menepikan mobilnya di sebuah rumah makan. "alhamdullilah.... Septi menangis haru.."
Ia mengedarkan pandangan menari mobil mawar di pelataran parkir rumah makan.. 
Segera ia meraih ponselnya dan menelepon Mawar.

"Mawar kamu dimana??" Kata Septi begitu mengetahui teleponnya telah tersambung.

"Maaf dek, apa adek teman dari gadis yang mengendarai Avanza hitam?"  suara bapak diseberang menjawab telepon Septi.

"iya betul pak.. , bapak ada liat enggak ya??"
 "Adek Posisi dimana?" tanya suara di seberang. Septi kemudian menyebutkan nama rumah makan tempat ia memarkirkan mobilnya. 
"Coba adik balik kira-kira 100 meter dari rumah makan tempat adek, siapa tahu gadis ini teman adek."

Septi bergegas memutar Jazz warna birunya menuju tempat yang di sebutkan oleh bapak penjawab  ponsel Mawar dan menyaksikan pemandangan pilu dihadapannya.., Mawar telah berlumuran darah,  kepalanya tertelungkup dikemudi. Beberapa yang menyaksikan menceritakan, Mawar menghindari Truk yang keluar dari proyek dengan membanting kemudi ke kanan. Tetapi karena panik dia terlalu keras membanting kekanan akhirnya menghantam sebuah Pohon. 

Septi kembali menangis sejadi jadinya.. "Kenapa Mawar kenapa bukan aku.. bukankah aku tidak pandaimenyetir , bukankah Mawar telah terbiasa dengan jalan Semarang-Solo nya..." air matanya membanjir hebat... terbayang senyuman riang sahabatnya yang menyemangatinya harus bisa mandiri , buat apa bawa boil kalo cuma kota-kota doang. begitu kata Mawar pada Septi beberapa hari yang lalu.

selamat jalan sahabat.. Septi meninggalkan secarik kertas putih bertuliskan.. "Terimakasih" diatas tanah merah tempat Mawar terbaring untuk selamanya...

***

Taukah kalian kenapa Septi berterimakasih kepada sahabatnya??? Karena dari kejadian ini kita tau satu hal yang mungkin akan kita ingat seumur hidup.. Kejadian iti mengajarkan pada kita..
dalam hidup, kita bukan sekedar harus menjadi kuat, pandai dan terampil..
dalam hidup kita bukan sekedar harus menjadi sosok yang dibanggakan, di elu elukan, atau di damba dambakan..
TAPI kita juga mesti tau kapan kita harus berhenti sejenak untuk berjalan atau berjuang, bukan untuk menyerah, apalagi kalah...

kita berhenti sesaat untuk " memastikan " apakah kita sanggup terus berjalan,
kita berhenti sejenak untuk "memikirkan" kapan waktu yang tepat untuk kembali melangkah.


tidak akan mungkin kita sanggup mendaki Mount evrest tanpa jaket...
tidak akan mungkin kita sampai puncak himalaya tanpa berhenti untuk berkemah...

kita berhenti sesaat untuk memikirkan apa yang terbaik bagi diri kita saat melawan "BUTIRAN-BUTIRAN KEHIDUPAN"

karena gelombang itu akan berubah setiap hari dan kita tidak harus berhenti pula setiap hari..

tapi berhentilah saat "TIBA2 BUTIRAN ITU BEGITU MENAKUTKAN DAN TERAMAT BERAT UNTUK KITA LALUI DALAM BEBARAPA MENIT"

berhentilah dan berfikirlah,.. biarkan sejenak tubuh kita untuk beristirahat. Jika sudah mereda.. lanjutkan perjalanan panjang ini dengan ketenangan dan rangkaian pilihan bijak.

orang hebat bukanlah orang yang suaranya paling besar, temannya paling banyak , ilmunya paling tinggi, hartanya paling berlimpah,

orang hebat adalah orang yang tau kapan ia harus berjalan. dan kapan ia harus berhenti di "setiap hal dalam hidupnya"